cuma kangen.


.


Bagaikan tumpukan kerikil di tepi sungai yang digerus arus dan dihempas angin, dari substansi padat kokoh bergeming menjadi butir-butir debu tak kasat mata, begitulah hatiku ketika dilanda rindu padamu.

Kamu dan aku kini dipisahkan oleh sesuatu yang abstrak bernama jarak dan tahukah kamu betapa inginnya aku mengeliminasi jarak itu, mendekatkan kembali dua pecahan hati yang tercerai berai sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh?

***

Kamu.
Kamu dan senyum.
Kamu dan senyum dan gigi taringmu yang menyembul.
Kamu dan senyum dan gigi taringmu yang menyembul dan matamu yang berbinar-binar seperti bijih intan yang memantulkan cahaya--

--aku suka.
aku suka.
aku suka.
aku suka.

dan aku rindu.

***

Aku tak pernah mau tersakiti seperti kancil liar yang tertembak bulir peluru pemburu di tengah hutan, terkapar, dan berdarah, namun kamu menyakitiku  dengan rasa rindu teramat sangat yang bagaikan toksin dalam sendiku, membuatku mati rasa kaku dan menggelepar nyeri, namun aku tak bisa benci padamu.

Aku terjajah oleh bayang imajimu yang tak nyata terproyeksi dalam retinaku, imaji yang berusaha kugenggam namun jari-jariku hanya meloloskan udara, aku terkapar nyeri oleh injeksi rasa rindu bukan kepalang yang kau suntikkan padaku tapi aku tak bisa benci padamu.

Aku kehilanganmu tapi aku tak bisa benci padamu, inikah makna dari melodi nada simfoni agung yang dinamakan cinta?

***

Jarum jam pun bergerak dan detik pun berganti dan aku tak menghitung berapa kali detik itu berganti, karena aku terlalu sibuk mengejar imajimu yang kini jauh sehingga aku tak bisa merasakan cabikan rindu yang menyerang hatiku tiap detik berganti, hingga sampai pada suatu titik puncak dimana yang bisa dirasakan hatiku hanya sakit akibat kehilanganmu.

Sekarang di sini, di bawah kubah hitam dengan titik-titik cahaya terang aku mengejarmu yang bukan lagi delusi liar pikiranku yang berpenyakit rindu, mengulurkan tanganku untuk meraih hangat tanganmu dan merengkuh tubuhmu.

Nanti saat pandangan kita bertemu dalam irama degup jantung yang berkejaran, tolong bisikkan ke telingaku kalau kau merindukanku sebagaimana aku merindukanmu selama ini.

***

Ketika kita saling memandang hanya untuk mencari ketulusan dari manik mata masing-masing dari kita,
Ketika kita berpelukan hanya untuk merasakan degup jantung kita yang berakselerasi lebih cepat,
Dan ketika kita berbisik ke telinga satu sama lain untuk mengucapkan kesetiaan dan simfoni kasih sayang,

saat itulah, aku merasakan hadiah terindah ada dalam genggamanku.

di saat ada aku,
kamu,
lembut tatapmu,
dan hangat pelukmu.

***

a/n: puisi zaman purbakala yang saya pengen post aja karena memang saya suka, meskipun memang it's a load of crap. haha.


Your Reply