[review] Monogatari Series : Second Season


.

entah kesambet apa, dua hari sebelum UTS saya malah iseng nyobain nonton anime satu ini, dan -- orz semacam keputusan yang salah karena anime ini nagih banget -- senagih prekuelnya, Bakemonogatari, yang saya khatam-in dalam waktu satu hari dulu waktu masih kelas XI -- dan satu hari saya bisa streaming tiga episode. ngedistrak belajar sih orz tapi untung hari ini udah selesai nonton sampe episode 15, jadi bisa tenang belajar sekaligus nungguin episode-episode selanjutnya yang keluar seminggu sekali :D

image courtesy of myanimelist.net

Monogatari Series adalah anime yang diangkat dari light novel karya Nisio Isin, diproduksi oleh studio SHAFT dan merupakan direct sequel dari Bakemonogatari dan Nisemonogatari. Berkisah tentang seorang pelajar SMA, Araragi Koyomi, yang menolong para gadis dari masalah-masalah yang berkaitan dengan oddities (kalau bahasa indonesianya apa ya? pokoknya makhluk-makhluk halus sebangsa hantu, youkai, ayakashi, deities, dan segala macem lah) dan ternyata Araragi sendiri adalah seorang quasi-vampire, setengah manusia dan setengah vampir.

mungkin untuk beberapa orang, premis ceritanya malesin banget ya haha karena lagi-lagi harem (satu cowok dengan banyak cewek), lagi-lagi cewek-cewek cantik yang pasti kerjaannya bakal mengumbar fanservice, lagi-lagi loli, dan banyak 'lagi-lagi' lain. jujur saya juga dulu nggak pernah tertarik nonton Monogatari Series. saya ada trauma sama anime harem sih ya hahaha dan saya juga ga pernah suka (banget) sama anime harem. tapi kalau ga salah waktu itu saya lagi biased (banget) sama Kamiya Hiroshi, yang ngisi suaranya Araragi, dan pengen nonton anime which he involved in -- and some website recommend Bakemonogatari, first installment of Monogatari Series. karena kakak kelas saya yang kebetulan seleranya sama bilang kalau Bakemonogatari bagus, saya coba buat nonton, dan--

--whoa.

parah keren banget. jujur ini satu-satunya anime harem yang bener-bener saya suka. saya beneran suka banget. indeed ada fanservice yang annoying tapi ceritanya bikin mindfuck dan visualnya stunning banget.

saya sempet kecewa waktu nonton direct sequelnya, Nisemonogatari. entah kenapa saya ngerasa Nisemonogatari flat banget dan kurang greget kalau dibandingkan prequelnya. gara-gara itu juga saya ngeskip Nekomonogatari: Kuro (selain karena center of arc-nya cewek yang kurang saya suka sih ya haha) dan tadinya sih nggak minat-minat banget nonton yang Second Season, entah kenapa akhirnya kesambet nonton dan well yeah SHAFT, my faith on you restored yay! /o/

saya belom pernah baca novelnya tapi IMHO eksekusi alurnya mantap banget. melalui visual yang out-of the box, penuh alegori, simbolisasi, dan jokes-jokes yang 'mikir' keseluruhan plot dan karakterisasi tersampaikan dengan baik. musiknya juga jadi makin keren :") di beberapa arc ada yang pacingnya kurang pas sih, tapi overall keren banget, type of anime that would keep me at the edge of my seat haha.

karena belom tamat saya belom bisa ngasih review mendetail sih, jadi saya pengen share aja apa aja sih aspek yang bikin saya jatuh cinta sama installment Monogatari yang satu ini. all my compliments go to Nisio Isin-san, Akiyuki Shinbo-san, and Monogatari staffs, you did one hell of a good job.

1. Eksekusi alur

.... mindfucking, indeed :") setiap arc selalu bisa bikin saya bertanya-tanya HAH INI KENAPA OH BEGINI TOH LOOOH KOK BISAAA? dan itulah yang bikin Monogatari Series second season ini nagih banget hahaha waktu itu pernah disconnect pas lagi streaming dan itu ngeselin haha saya langsung guling-guling gara-gara penasaran kelanjutannya bakal gimana :"D

2. Visual

as expected from SHAFT, sih. aduh pokoknya nggak bisa dideskripsikan pake kata-kata deh, pokoknya konsep art dan animation yang mereka pake di sini tuh selalu out-of-the-box. kayak ngeliat lukisan. cantik banget :"D

3. Dialogue, monologue, and implicit message-heavy.

Karakternya banyak ngomong, baik dialog maupun monolog. dan kalimat-kalimat mereka itu bener-bener 'berisi' dan nge-lead pada satu kesimpulan secara bertahap. kayak belajar SAP hahaha jadi beneran harus ngikutin banget step-step berpikir para karakternya untuk menyimpulkan apa yang ingin mereka sampaikan, kalo kehilangan satu step aja dijamin bakal bingung. itu yang bikin karakternya 'hidup' kalau menurut saya. selain itu, visual yang mereka pake juga mengandung banyak makna. ada saat-saat dimana dialog atau monolog yang agak samar terdeskripsi dengan jelas dalam visualnya. the characters speak a thousand words, the visuals speak a thousand words, so Monogatari speaks two thousand words. itu yang bikin Monogatari unik. :D

4. Real? Surreal?

Indeed, premis cerita (juga visual) Monogatari nyerempet-nyerempet surrealisme. Tapi kenapa ya saya justru merasa, dalam segala cerita yang dikemas dalam surrealistis, ada aspek-aspek yang realistis?

5. Characterization and Character-fcking-development

NAAAAH ini dia sih sebenernya aspek yang paling bikin Monogatari greget. Cowok yang menjadi center dalam cerita ini, bukan cowok sempurna pujaan sejuta umat atau pula cowok 'biasa' yang tiba-tiba aja disukai banyak cewek karena terlalu 'biasa'. Araragi disukain banyak cewek karena ia menolong mereka, simply that. Aside from his kindness, dan statusnya sebagai selalu-jadi-hero-of-the-day, dia juga bisa jadi cowok nyebelin yang mesum hahaha. Dan selain itu, beda dengan anime harem lain yang kesannya cuma nge-develop relationship hero dan heroine(s) nya, di Monogatari heroines-nya juga berkembang bersama hero-nya dan hubungan diantara mereka. Also, di Monogatari the hero already settled to one girl, the main heroine -- meskipun kelihatannya Araragi itu cowok brengsek tukang nikung ga inget pacar, tapi kenyataan kalau ia sayang sama pacarnya dan perasaan itu mutual selalu ditegaskan meskipun nggak selalu 'eksplisit'.  mereka -- Araragi sama pacarnya, Senjougahara -- belom pernah diliatin bareng selama Second Season, tapi ada banyak adegan yang menegaskan kalau Araragi already settled to Senjougahara, they love each other and it's enough. Urusan cewek-cewek lain yang ngantri demi dia itu bukan urusan Araragi, urusan mereka sendiri. #jahat #otpbias

"It makes me really happy, but you know, I already have a girl I like." -- Araragi to Hanekawa, Nekomonogatari: Shiro arc.

"The first thing I have in mind is, is there any way I could do to help my girlfriend, Senjougahara Hitagi?" -- Araragi to Shinobu, Kabukimonogatari arc
 "Hello, this is Senjougahara Hitagi. Is my man still alive, Sengoku-san?" -- Senjougahara to Nadeko, Otorimonogatari arc

Dan di parallel world, parallel!Araragi juga pacarnya parallel!Senjougahara loh udah sih jodoh #diem

And the girls? I found some of them annoying before dan entah kenapa ke-annoying-an mereka bisa dikembangkan menjadi sesuatu yang awesome dan bikin saya terpana ( I found that in Nekomonogatari: Shiro, Kabukimonogatari, and Otorimonogatari arc, sampah Otorimonogatari mindfuck abis ) tapi yang bikin ngeselin emang perkembangan karakternya Senjougahara Hitagi yang kesannya stuck di tempat dan kurang 'ngalir' dan 'natural'--dia bias saya sih makanya saya bisa protes kayak gini haha. Sisanya udah bagus (banget) kok. Looking forward to Hanamonogatari to found out about Kanbaru Suruga's development! :3

6. References, Parodies, Callbacks and Shoutouts :D

saya seneng sama hal-hal trivial kayak gini, dimana kadang dalam sebuah anime terdapat referensi terhadap anime lain, parodi, atau kejadian nyata; terlebih lagi kalau referensi itu nggak eksplisit atau dijadiin parodi haha. kayak waktu Araragi lupa ngerjain PR musim panas dan dia langsung jadi Nobita dan Shinobu jadi Nobuemon www atau lagu OP Mousou Express yang merupakan direct reverse dari OP Bakemonogatari, Renai Circulation. Referensi yang paling ga bisa saya lupain itu di Bakemonogatari, pas Senjougahara muji-muji Saitou Chiwa--yang merupakan seiyuu dia haha nggak tahu deh itu Saitou-san adlib apa bukan :))

7. Reversed logic (mungkin bisa dicoba untuk melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda.)

Salah satu contohnya udah disebutin sebelumnya, yakni Mousou Express. Selain itu, di Monogatari series, para karakter yang punya sisi 'gelap' seperti Hanekawa Tsubasa dan Sengoku Nadeko, sisi 'gelap' mereka selalu digambarkan dengan warna putih. Black Hanekawa adalah sosok setengah-manusia setengah-kucing berwarna putih dan Nadeko Medusa memiliki rambut dan juga minions berupa ular putih. dalam sudut pandang monogatari series, warna putih itu 'white lies of ignorance' ketika 'sisi gelap' kita terbentuk ketika kita mengalihkan mata dari kenyataan sehingga membuat diri kita 'putih' akan kenyataan. yang 'putih' itulah sisi 'gelap' kita, karena itu 'gak gelap oleh realita' atau semacam itulah untuk pemahaman saya yang emang agak cetek gini haha saya ga pinter berfilosofi, lol.

Overall this is a good work, dan frankly saya seneng ini nggak se-mainstream anime-anime sebelah www. Kalo boleh dibilang, ini hidden gem di anime Summer - Fall 2013 :)

And anyway I'm looking forward for Koimonogatari HUHU perasaan saya ga enak sama arc satu ini, bau-baunya ship Araragi/Senjougahara bakal doomed aduh kapan coba saya punya OTP yang nggak tragis :"(

edit: I forgot to mention about another aspect I loved from Monogatari Second Season; HANAZAWA KANA. OUR GODDESS OF MOE HAS GONE BEYOND EPIC she kept my mouth on the floor ;;A;;) dan juga seiyuu-seiyuu yang lain (meskipun IMHO suaranya Iguchi Yuka jadi agak flat gimana gitu ...) did their best ;;w;; Saitou Chiwa dan segala wibawanya as Senjougahara also deserve credit www

One Response to “[review] Monogatari Series : Second Season”

  1. nice Article . . No Supoiller tapi bikin penasaran

Your Reply