[fic] Tsugi no Kakurenbou wa, Zettai ni Kimi wo Mitsukeru yo! ; ch 09


.

a/n: CHAP. TER. TER. A. KHIIIIIIIR! *menggelinding dengan bahagia*


summary: Ketika semuanya berubah--ketika memori yang mengikat batin mereka menghilang karena kecerobohan dalam suatu permainan petak umpet--apa yang akan terjadi pada dua insan yang sejatinya saling membutuhkan dan menyayangi, di masa depan nanti?

rate, genre: T, romance-drama-daily life

warning: AU, OOC.

disclaimer: I don't own anything, just the plot. No profit gained, just for fun. Believe me.

Chapter 09. Kimi no Mitsukeru Basho ni [at the place where I find you] click here to begin


Itsumademo kimi dake ni, kawarazu ni aishiteru...

***

Terkadang dalam setiap alur kehidupan, setiap manusia, ada kalanya alur itu membentuk suatu pola melingkar di mana setelah bersusah payah berusaha untuk maju, kita akan berakhir di titik yang sama ketika kita memulai. Terkadang untuk menghadapi titik yang sama untuk kedua kalinya, muncul rasa tidak siap pada diri seseorang sehingga muncul reaksi penolakan dengan berbagai alasan--mungkin tak siap. Mungkin takut menabur garam pada luka lama.

Namun menghadapi titik yang sama dua kali itu, bagi sang pemuda bersyal kotak-kotak, sangat diperlukan.

Karena ia sudah memutuskan untuk kembali, menggali serpih memori, demi seseorang yang tanpa ia sadari sangat ia butuhkan.

Sebagai wujud nyata kalau cinta yang pernah ia rasakan itu abadi, tak terganti, meski tergerus arus waktu yang  tanpa henti. Oh, ia enggan mengakuinya, tapi--ya. Meskipun perubahan besar terjadi pada dirinya, ada satu hal yang tak pernah hilang, dan ia tidak akan menemukan apa arti perasaan itu jika orang itu tidak kembali. 

Yang artinya, dia juga harus kembali.

***

Ayana dan Kana memandang Miyu lekat-lekat, membuat yang dipandang mengerutkan alisnya heran. Yah, diberi pandangan serupa oleh dua orang gadis yang berdiri di dekatnya tentu membuat kebingungan serentak menyeruak di benaknya, mau tak mau membuatnya berpikir apa kejahatan yang ia perbuat sampai-sampai Kana dan Ayana menatapnya seperti itu. 

"Kenapa?"

"Terkadang kau jenius juga, Miyuyu..." gumam Ayana pelan, sepertinya ia sendiri pun tidak menyangka kalimat seperti itu bisa keluar dari mulutnya.

"Jangan buat nama panggilan aneh untukku!"

Ayana mengindahkan kalimat Miyu barusan yang sebetulnya bisa ia balikkan, namun fokusnya kali ini sudah tersedot pada Kana dan segala pikiran yang bermunculan di benaknya. Otaknya bekerja begitu cepat memproses informasi dari kalimat Miyu barusan dan menghasilkan satu kesimpulan.

"Kau tahu, Kana?" gumam Ayana dengan mata berbinar-binar, tampak sangat bahagia dengan kesimpulan yang muncul di benaknya. "Terkadang, untuk menyelesaikan masalah, kita harus kembali ke titik awal."

Kana termangu sementara Miyu tertegun--sepertinya pemuda itu sudah mulai menangkap apa kesimpulan yang dikatakan Ayana. Butuh waktu lebih lama bagi Kana untuk menangkap maksud Ayana, namun seketika matanya membulat ketika ia menemukan jawabannya. Ya. Jawaban atas menghilangnya Nobuhiko sekaligus petunjuk di mana dia berada sekarang.

"Ayana... kau memikirkan apa yang aku pikirkan?" gumam Kana.

"Kita bertiga memikirkan satu hal yang sama kok, Kanacchi," jawab Miyu sambil tersenyum lembut. "Pergilah. Hanya kau yang tahu pastinya dimana tempat itu, bukan?"

Ya, tempat itu, dimana segalanya bermula.

"Aku pergi sekarang!"

***

Ini jawabanku, hei bidadari bermanik bulat--aku ingin kembali. Aku menginginkan memori itu kembali. Karena--kau tahu, aku cukup terganggu dengan sebongkah rasa yang tak tersentuh, tak berubah, yang menghuni sudut terdalam hatiku. Aku memutuskan untuk percaya. Percaya bahwa rasa ini dulu untukmu. Percaya kalau kau kembali untukku--karena itu aku juga ingin kembali untukmu. Kembalilah, hei bidadari bermanik bulat--ke tempat segalanya bermula, karena aku ingin awal yang baru, awal yang tiada lain hanya bersamamu.

***
Ayana memandang punggung Kana yang menjauh. Sahabatnya itu tampak sangat antusias, belum pernah Ayana melihat Kana se-antusias itu seumur hidupnya. Suara helaan napas Miyu yang berada di sebelahnya membut Ayana menoleh ke arah pemuda tinggi itu, lalu mendengus.

"Kukira kau akan mencegah atau memberikan arah yang salah atau apa--"

"Astaga, kau pikir aku sejahat apa sih? Berhenti berpikir yang tidak-tidak tentang aku, sudah aku bilang kan aku bukan cowok tolol yang rela melakukan apa saja untuk mendapatkan hati pujaan hati mereka jika terjebak dalam cinta yang bertepuk sebelah tangan," gerutu Miyu dengan kecepatan bicara super sambil menyentil kening Ayana. 

"Pembohong," gerutu Ayana.

"Hhh--oke, oke. Aku tahu. Aku bisa berkata begitu karena aku pernah menyerah," gumam Miyu. "Bukan sekali dua kali tapi berkali-kali. Saat kami masih kecil dulu, aku sudah menyerah. Lalu ketika Okamoto kehilangan ingatannya, aku kembali berusaha untuk mendapatkan hatinya, namun ia pergi. Ketika ia kembali lagi aku berusaha meyakinkannya kalau aku masih ada untuknya--namun melihat cintanya pada Okamoto yang tak berubah, sepertinya lebih baik aku mundur pelan-pelan. Aku hanya ingin melihat dia bahagia setelah memperjuangkan cinta pertamanya selama tujuh belas tahun..."

Ayana terdiam. Berkacak pinggang. Lalu mendengus. "Gombal."

"Gombal apanya! Aku jujur kok!" gerutu Miyu sebal sambil merangkul Ayana erat, nyaris saja mencekiknya. "Lagipula siapa yang tidak mundur jika gadis pujaannya punya sahabat yang manis tapi galak, dan selalu protektif terhadap si gadis itu, hm?"

Ribuan protes meluncur dari bibir Ayana, disertai segurat warna merah tipis yang muncul di wajahnya ketika Miyu bilang ia manis.

***

Ini jawabanku, hei bidadari bermanik bulat. Bukannya aku hanya membuktikan kehipokritanku dengan kembali ke sini--bukan, bukan sama sekali. Aku hanya ingin kita menulis lembar baru dalam buku yang sama dengan buku saat itu, tanpa mengganggu atau mempengaruhi halaman-halaman sebelumnya. Selama tujuh belas tahun ini kita menulis memori dalam buku yang berbeda, tapi dulu, kita menulisnya dalam satu buku yang sama bukan?

***

"Ai, kau percaya pada Kanacchi?"

Yuuki berbisik pada Kaaya yang masih erat dipeluknya, masih membutuhkan kehangatan dari pelukan orang yang sangat disayanginya. Kaaya mengangguk pelan dalam pelukan Yuuki, membuat Yuuki tersenyum simpul sambil menggerakkan tangannya mengelus surai pendek Kaaya. 

"Ai juga percaya pada Nobuhiko, kan?"

"...iya," kini Kaaya menjawab dengan suaranya yang serak. "Dia percaya padaku, dan aku juga percaya padanya..."

"Pertanyaan terakhir. Ai percaya padaku?"

"Eh? Pertanyaan bodoh..." gumam Kaaya pelan. "Tentu saja, kenapa aku harus tidak percaya Yuu-kun--"

Yuuki tersenyum semakin lebar. 

"Aku percaya pada mereka berdua, aku percaya mereka berdua bisa melewati masalah ini dengan baik--karena Ai percaya pada mereka. Karena Ai percaya pada mereka, aku pun bisa bilang aku percaya mereka akan baik-baik saja. Dan karena Ai percaya padaku, Ai pun harus percaya kalau mereka baik-baik saja kan?"

Kaaya merengut. "Rasanya seperti lingkaran..."

Yuuki terkikik pelan mendengar komentar spontan Kaaya barusan. "Yah, terkadang hidup manusia memang berputar-putar di suatu tempat saja. Tapi intinya, Ai percaya kan?"

"Um..." Kaaya kembali membenamkan wajahnya di dada Yuuki.

"Bagus kalau begitu. Sekarang, redakan emosimu dan kita mulai usaha lagi, yuk?"

***

Omoideiro ni kawaru mae ni futari wa koi ni ochita yo ne...

***

Salju pertama tahun ini mulai turun, namun tidak menyurutkan langkah seorang Hanazawa Kana untuk mencapai destinasinya, sebuah tempat yang tak pernah ia kunjungi lagi selama tujuh belas tahun namun entah kenapa kakinya bisa membawanya dengan lancar ke tempat itu. Pemandangan sekitarnya memang berubah, namun insting dan nalurinya menjadi pemandu terbaiknya dalam menemukan tempat itu.

Ya, tempat itu. 

Tempat di mana segalanya bermula--segala kepahitan, kesedihan, dan kehilangan.

Pohon besar itu. Pohon yang membuat Nobuhiko kehilangan ingatannya.

Kana berdiri terpaku sejauh tiga meter dari objek yang ditujunya, pohon besar di daerah perbukitan yang pucuk-pucuknya mulai dihiasi sepuh warna putih dari butiran salju yang turun dengan dramatis. Segala perasaannya mati dalam seketika melihat bayangan yang tersingkap dari balik butiran salju yang tertarik gravitasi, tak bisa memutuskan apa yang harus ia rasakan begitu melihat sosok pemuda bersyal kotak-kotak itu. 

Dia di sini. 

Berdiri tepat di bawah pohon itu, menoleh ke arah Kana yang pastinya kedatangannya menimbulkan suara-suara yang menyapa telinganya meskipun Kana hanya terdiam tanpa bisa berkata apa-apa. 

Lidah Kana sudah terlalu kelu untuk bicara--bahkan sebelum Nobuhiko menoleh ke arahnya, lalu tersenyum--manis, sangat manis sambil berkata,

"Kau menemukanku."

***
"Huu, Kanacchi payah, dari tadi kalah terus--"

"Uh, lihat saja ya! Selanjutnya aku pasti akan menemukanmu!"

***




"Nobu...kun?" Kana berusaha susah payah mengeluarkan suara dari tenggorokannya yang tercekat, menyalip suara tangis yang ingin keluar duluan. "Kau..."

"Ah, ternyata memang rasanya berbeda kalau Kanacchi memanggilku dengan nama itu, ya?" komentar Nobuhiko, sukses membuat Kana kaget dengan nama yang Nobuhiko gunakan untuk memanggil dirinya--Kana sudah terlanjur terbiasa dengan panggilan 'Hanazawa-san' yang keluar dari mulutnya. Cukup menjadi stimulan air mata keluar dari sudut matanya. "Kau terdengar sangat rileks ketika memanggilku dengan nama itu."

"Kau juga..." sahut Kana dengan suara bergetar. "Aku--kangen panggilan itu darimu, yang membuat nama panggilan itu untukku kan--kau..."

Nobuhiko mengerutkan alis, lalu menampilkan cengiran minta maaf. "Aduh, maafkan aku, Kanacchi. Aku masih belum bisa ingat. Aku bahkan belum bisa ingat apapun tentang kita di masa kecil dulu--aku hanya tahu dari cerita orang-orang. Dan sekarang aku memutuskan untuk percaya cerita itu. Kalau aku dulu jatuh di pohon ini dan kehilangan ingatanku ketika bermain bersamamu di sini..."

Hening sejenak untuk Nobuhiko menghela napas.

"...dan kau datang kemari sebagai bukti kalau cerita itu benar. Tempat ini memang awal dari segalanya kan, Kanacchi?"

Kana tak punya kekuatan untuk menjawab, emosinya terlalu bercampur aduk untuk memberikan jawaban yang layak. Nobuhiko melangkah mendekat, mengeliminasi jarak di antara mereka, sampai interval di antara mereka hanya satu langkah saja. Ia menatap lembut bola mata cokelat Kana yang besar dan bulat, membuat Kana merasa hangat di bawah hujan salju ini.

"Maukah kau... beri aku kesempatan... sekali lagi, Kanacchi?" tanyanya, tangannya mengulur meraih tangan Kana yang mulai mendingin karena suhu udara, menggenggam dan menghangatkan tangan itu  dalam lipatan jari-jemarinya. "Aku mungkin belum bisa mengingat segalanya, namun aku percaya padamu. Aku percaya kalau kau dulu adalah orang yang berharga bagiku, begitu juga sekarang."

Air mata Kana merebak. Perjuangannya selama bertahun-tahun ini terbayar sudah, di bawah hujan salju pertama tahun ini, di tempat segala perjuangannya dimulai. Tak ada kata apapun yang bisa menggambarkan bagaimana perasaannya sekarang.

"Maafkan aku, Nobu-kun..." gumam Kana di sela-sela isakannya. "Maafkan aku, maafkan aku... Aku yang membuatmu terjatuh dari pohon, aku yang menyebabkan amnesiamu--"

Nobuhiko tersenyum tipis, lalu menarik Kana dalam pelukannya. Hangat. 

"Aku memaafkanmu, dengan syarat kau harus memberiku kesempatan kedua," jawab Nobuhiko, berbisik di telinga kanan Kana. "Kesempatan kedua untuk membantuku mengenali siapa aku dari masa laluku bersamamu, dan juga kesempatan kedua untuk mulai mengenalmu lagi..."

"...kau mendapatkan kesempatan kedua itu, Nobu-kun."

Nobuhiko kembali tersenyum ketika Kana membalas pelukannya, dan mulai terisak di dalam pelukan itu. Isakan bahagia. Dan Nobuhiko pun bahagia, karena alunan nada cinta pertama akan kembali mengalun lagi. Dari sini.

Di tempat segalanya bermula dan berakhir, di bawah hujan salju, kotak musik itu kembali berputar, menyenandungkan nada-nada cinta pertama yang dulu pernah terhenti--membuat sang kuas kembali melukis keindahan nada itu pada kanvasnya.

***

END
bandung, 22 agustus 2012. 11:21 pm. mata udah 5 watt

***

a/n: AKHIRNYAAAAA /hedbeng

First of all, alhamdulillah ini project satu kelar juga *sujud syukur* muucih banyak terutama buat kk @christieverde yang selalu nurut kalo saya paksa baca hahaha /pret muucih kk tanpa dukunganmu ndak mungkin fic ini selesai haha /derp 
 terus buat yang mampir2 untuk baca juga, muucih ya! sejuta cinta dariku <3
btw mau credits buat lagu Hatsukoi no Oto dan Niji no Sora yang liriknya nongol-nongol di sini awkwkwk, dua lagu itu dinyanyikan sama Hanazawa Kana XDDD

sekali lagi, terimukuchi dan sukses selalu! :)

P.S: I know I should write Nobu's POV more but I'm too lazy dan pengen ini fic cepet selesai

Your Reply