[fic] Tsugi no Kakurenbou wa, Zettai ni Kimi wo Mitsukeru yo! ; ch 06


.

a/n: ...sedikit lagi, Sha. Semangaaat.


summary: Ketika semuanya berubah--ketika memori yang mengikat batin mereka menghilang karena kecerobohan dalam suatu permainan petak umpet--apa yang akan terjadi pada dua insan yang sejatinya saling membutuhkan dan menyayangi, di masa depan nanti?

rate, genre: T, romance-drama-daily life

warning: AU, OOC.

disclaimer: I don't own anything, just the plot. No profit gained, just for fun. Believe me.



Chapter 06 - Nagamochi Hatsukoi [A Long Lasting First Love] - click here to begin.




"Kono koi no oto wo itsumademo hibikasete..."

Satu hal yang lama terasa, lantunan nadanya selalu bergema, menyisakan sensasi yang tak mudah dilupa--hanya itu yang bisa kukatakan untuk mendefinisikan cinta pertama dalam kata-kata. Karena itulah yang kurasakan padamu juga.


***


"Kanacchi kena! Ayoo, Kanacchi harus jawab!"

Ruang kelas seketika ramai ketika ujung botol yang diputar berhenti, tepat menunjuk ke arah dimana Kana duduk--dan itu artinya sekarang giliran Kana untuk menjawab pertanyaan yang akan diajukan oleh sang pemimpin kecil dalam permainan ini, si kecil Irino Miyu. Semua mata manusia yang membentuk lingkaran kecil di pojok kelas--para peserta permainan spin-bottle-truth-or-dare tingkat anak-anak sekolah dasar ini--memandang Kana dengan penasaran, bertaruh dengan diri mereka masing-masing--apakah Kana akan menjawab pertanyaan Miyu atau malah memilih untuk melakukan tantangan absurd yang akan keluar darinya.

"Uh... yah, aku kena deh..." keluh Kana sambil menggembungkan pipinya. "Memangnya apa yang mau kau tanyakan padaku, Miyu?"

Kana menatap wajah sang penanya lurus-lurus, membuat yang ditatap memalingkan wajahnya untuk sejenak demi menyembunyikan wajahnya yang seketika merona merah. Butuh sekitar tiga detik bagi Miyu untuk mengumpulkan keberaniannya, dan akhirnya kalimat itu meluncur juga dari bibirnya.

"Kanacchi, kau sedang menyukai seseorang, bukan begitu?"

"E-eh?"

Hening sejenak sebelum kelompok kecil siswa itu mulai berkasak-kusuk. Kaaya tampak membisikkan sesuatu pada Yuuki yang duduk di sebelahnya, sementara Nobuhiko yang duduk di sebelah Miyu berusaha memasang wajah tenang dan menyenderkan punggungnya ke tembok, tampak tidak acuh meskipun ia memasang telinganya baik-baik. Demi mendengar jawaban dari Kana.

Kana sahabatnya,

"...benar kan, Kanacchi? Aku tahu kau sedang menyukai seseorang."

teman terdekatnya,

"Ke-kenapa kau bisa bilang begitu, Miyu?"

sekaligus orang yang sangat disayanginya.

"Kau tahu... firasat?" Miyu mengedikkan kepalanya, dan di saat bersamaan ia melirik ke arah Nobuhiko di sebelahnya. "Kadang firasatku jitu lho, Kanacchi. Kau suka pada Okamoto, kan?"

"OHOK!" itu reaksi pertama Nobuhiko mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Miyu barusan. matanya seketika memandang tajam ke arah pemberi pertanyaan yang memasang wajah datar seolah yang ia ucapkan tadi sama pentingnya seperti komentar tentang cuaca hari ini. Reaksi yang sama terjadi pada Kana, hanya saja ditambah saputan warna merah muda yang muncul di pipi bulatnya. Kaaya tiba-tiba tersenyum tipis lalu melirik ke arah Nobuhiko, membuat pemuda itu mendelik marah pada sang sepupu. 

"Kenapa kau bi-bisa bilang begitu, sih..." gumam Kana tidak jelas. "Da-dari semua orang, kenapa aku harus menyukai N-nobu-kun?"

Hening.

"Ka--"

Kana menarik napas panjang untuk selanjutnya berteriak, "Aku tidak menyukai Nobu-kun, puas? Mungkin tidak untuk selamanya, karena bagiku tidak mungkin untuk menyukainya!"

Keheningan kembali melingkupi kumpulan anak-anak itu, dan wajah Kana berubah merah padam. Nobuhiko mempertahankan ekspresi kagetnya selama beberapa menit, lalu berusaha untuk mengembalikan keriangannya untuk menggoda Miyu.

"Tuh,  kau dengar kan jawabannya? Kanacchi bilang tidak, tuh. Hehehe..."

Kenyataan bahwa Nobuhiko masih bisa tersenyum membuat Kana semakin merasa bersalah, tanpa sadar bahwa sikap denialnya itulah yang membawanya pada bencana.

Oh, tapi sungguh, Kana hanya tak ingin mengemukakan isi hatinya yang sebenarnya. Ia merasakan rasa takut yang lazim. Rasa takut akan penolakan yang berujung pada perpisahan, memutuskan benang persahabatan diantara mereka yang sebelumnya sudah terajut erat.


***

"Kanacchi, aku menyukaimu," adalah hal yang paling tidak terpikirkan bagi Kana untuk keluar dari mulut seorang Irino Miyu.


***

"Apa sih? Kaaya, kau menyebalkan sekali kalau sudah begini," gerutu Nobuhiko sambil menggaruk kepalanya. "Aku sama sekali tak berhak mengaturnya untuk suka pada siapapun, termasuk padaku sendiri. Ya--aku hanya tidak beruntung, bukan begitu?"

Betapa Kaaya ingin meninju Nobuhiko untuk kelihaiannya mengenakan topeng yang membuatnya tampak tak terluka.


***

"Setidaknya minta maaflah padanya, Kanacchi," gumam Yuuki sambil menatap ujung sepatunya. "Meskipun dia tersenyum begitu, aku tidak menjamin hatinya tidak sakit."

Kana tertunduk dalam, menggoyang-goyangkan kakinya gugup. Penjelasan dari Yuuki barusan--kalau ternyata sebetulnya Nobuhiko menyukainya--membuat perasaannya kini tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, yang ia inginkan hanyalah pergi ke ujung dunia. Malu, marah pada diri sendiri, marah pada Nobuhiko karena ketidakjujurannya, gemas, semua bercampur menjadi satu dalam wadah perasaannya. 

"...kalau begitu, apa yang harus kulakukan, Yuuki-kun?"

"Minta maaf saja sepulang sekolah. Kau bisa mengajaknya bermain atau apa..." ujar Yuuki. "Kau tidak harus memberitahunya perasaanmu yang sebenarnya, kok. Asal persahabatan kalian tidak rusak, aku yakin ia akan tetap senang."


***

"Aku tahu," senyum itu, senyum pasrah yang muncul di wajah Miyu. "Aku tahu kok kalau kau berbohong saat ditanya tadi. Eh--kenapa katamu? Aku kan punya sensor pendeteksi pembohong, jadi kalau kau berbohong, aku bisa langsung tahu~ lagipula sebetulnya aku sudah tahu kalau kau menyukai Okamoto sejak lama, habisnya terlihat sih~ tidak apa-apa kok, Kanacchi. Aku tidak marah. Serius, sungguh. Oke, aku marah nih--kalau kau tidak mau minta maaf pada Okamoto!"


***




Kisetsu wa nando demo utsuroi wo kurikaesu keredo
Kimi to aruku komichi wo tsutsumikomu
Awai hidamari wa itsumademo kawarazu ni


***

"Selamat ulang tahuuuun!"

24 Oktober, kediaman Okamoto. Dalam keadaan ramai karena sang pemilik rumah merayakan ulang tahunnya--hari dimana Kaaya akan membangunkannya pagi-pagi dan melukis wajahnya dengan krim dan menyembunyikan seluruh persediaan macaroon-nya dan merengek minta traktir. Dan untuk tahun ini ditambah dengan Kana yang memberikannya cubitan di lengan sebanyak usianya sekarang.

"...oke. Oke. Selamat bersenang-senang di atas penderitaan orang, kalian berdua," gumam Nobuhiko pasrah ketika Kana mencubitnya untuk keduapuluh kalinya. "Kadang aku berpikir seharusnya tanggal 24 Oktober dihapuskan saja dari kalender."

"Yakiiin? Tidak mau makan kue ulang tahun, berarti?" goda Kaaya.

"Hah? Kau buat kue tahun ini? Tumben."

"Dibantu Kanacchi, dong," kata Kaaya sambil mengedipkan sebelah matanya. "Sekali lagi, selamat ulang tahun, sepupuku sayaaaang~!" Kaaya berseru sambil memeluk erat Nobuhiko setelah mencium pipi kiri sepupunya itu dengan sayang.

"Ergh! Ka-kaaya, kau berat lho," gumam Nobuhiko. "Terima kasih, sepupuku yang kusayang juga."

Nobuhiko melepaskan pelukannya, lalu menatap Kaaya sayang dan mengusap pucuk kepalanya, membuat Kaaya tersenyum geli. Sesaat, Nobuhiko mengalihkan perhatiannya pada Kana dan menganugerahkan gadis itu sebuah senyum manis yang bahagia--senyum manis yang belum pernah dilihat lagi oleh Kana sejak bertahun-tahun yang lalu.

"Hanazawa-san juga, terima kasih ya."

"Umm, sama-sama," jawab Kana tulus. "Selamat ulang tahun, Okamoto-kun."

Dan setelahnya adalah hal yang belum pernah dibayangkan oleh Kana sebelumnya--pemuda itu menghampirinya, lalu mengacak rambutnya seperti yang ia lakukan pada Kaaya. Refleks pipi Kana bersemu merah, dan ditatapnya mata Nobuhiko lurus-lurus. 

"Okamoto-kun..."

"Terima kasih atas cubitannya, Hanazawa-san. Perih lho."

Kana hanya menunjukkan cengiran bersalah sebelum akhirnya tangan Nobuhiko yang hangat meninggalkan kepalanya. Tangan itu. Tangan yang dulu juga sering sekali mengusap kepalanya, seperti ini... jujur, Kana tak ingin tangan itu meninggalkan kepalanya, ia masih ingin merasakan hangatnya telapak tangan itu di sana.

Hangatnya tangan itu akan bisa Kana rasakan lagi seandainya ia mengikuti apa kata Ayana untuk memulai kembali lembar memorinya, dan Kana mengutuki dirinya sendiri untuk menuruti kata hati nuraninya yang ingin Nobuhiko kembali mengingat masa lalu.

Padahal ia tahu, segalanya mungkin akan berubah, dan ia bisa kehilangan lebih.


***

Miyu dan Yuuki bergabung dalam keceriaan ulang tahun Nobuhiko ketika mereka berdua datang untuk mengantarkan tugas kuliah untuk Kaaya--dan dalam seketika rumah kembali ricuh, meskipun hanya dihuni oleh beberapa anak muda yang sedang bahagia. Cake buatan Kaaya dan Kana laku keras--meskipun, yah, Nobuhiko bilang cake itu tidak lebih enak daripada buatannya. Miyu membuatkan lemon squash untuk mendampingi cake, dan Yuuki menawarkan diri untuk memasak untuk makan siang. Suasana persahabatan yang kental kembali meliputi mereka, membuat Kana terlarut dalam rasa bahagia penuh nostalgia. Teman-temannya yang berharga kembali dalam satu suasana ceria, sungguh membahagiakan baginya.

Nobuhiko akhirnya membantu Yuuki--dan Kaaya--di dapur untuk membuat makan siang, meninggalkan Miyu dan Kana yang sedang menikmati sisa-sisa kue di ruang keluarga, berebutan cherry serta strawberry yang menghiasi kue itu sambil tertawa-tawa. 

'Kalau begini, jadi ingat masa-masa SMP," kata Miyu seusai menelan potongan strawberrynya. "Sayang sekali kau sudah pindah. Aku, Okamoto, Yuuki dan Kayano sering sekali berkumpul dan beramai-ramai seperti ini sambil berandai-andai kau juga ada di antara kami."

"Oh ya?" kata Kana sambil mengunyah kuenya--kalau ada Ayana disini, pasti gadis itu sudah mengomelinya soal larangan bicara sambil makan. "Lalu Okamoto-kun bilang apa--eh..."

Kana sadar ia sudah salah bicara, dan rasa bersalahnya semakin menumpuk melihat ekspresi Miyu yang tidak berubah--ekspresi yang terlalu artifisial, bukan representasi isi hatinya yang sebenarnya.

"Dia hanya mencoba mengingat siapa kau, tapi selalu gagal. Bahkan ia sampai pada kesimpulan kalau keberadaanmu hanya kebohongan yang kami buat-buat, namun untung Kayano terus menerus meyakinkannya kalau kami tidak berbohong," cerita Miyu. "Sejak ia kehilangan ingatannya dan kau pindah ke kota--ia hanya bisa mempercayai Kayano. Sampai sekarang."

Kana terdiam, menelan kuenya tanpa suara. 

"Kurasa Kayano berusaha agar ia bisa percaya padamu juga, tapi--yah, bagaimanapun juga Kayano tak ingin Okamoto melihat lagi ke masa lalunya. Kau tahu alasannya," jeda sebentar untuk meneguk lemon squash, "ia sudah terlalu banyak disakiti. Dia--terlalu bergantung pada Kayano sejak saat itu. Kau mungkin bisa memenangkan kepercayaannya, tapi aku ragu ia akan memberikan hatinya padamu juga... mengingat ia kini jadi orang yang sangat tertutup dan hati-hati. Terlebih, kau pernah terlibat di masa lalunya juga."

"Tapi dia sendiri yang bilang kalau dia tak hidup dengan melihat masa lalu--"

"Dengar, Kanacchi, aku tahu kalau kau masih ingin ia mengingatmu. Ingat kalau dia dulu menyukaimu. Namun dia yang sekarang berbeda dengan dia yang dulu. Meskipun kau mencoba menulis kembali kenangan kalian bersama, itu akan menjadi sesuatu yang sangat berbeda," jelas Miyu panjang lebar. "Semuanya berubah, oke? Tolong ingat itu. Ada yang berubah, dan ada yang tidak berubah. Kalau kau merasa tidak nyaman dengan perubahan-perubahan ini, kembalilah pada satu hal yang tidak berubah."

Kana terdiam. Menatap Miyu nanar, tahu apa yang akan Miyu bicarakan selanjutnya.

Di tengah semua perubahan, cinta Miyu padanya tetap tak berubah.


***

to be continued

***

a/n: maaf atas keterlambatan dan degradasi kualitas penulisan.

Your Reply