[fic] Tsugi no Kakurenbou wa, Zettai ni Kimi wo Mitsukeru yo! ; ch 00


.

a/n: fanfic... dari fandom seiyuu, tapi karena AU jadi keliatan kayak minjem nama doang =w="a

summary: Ketika semuanya berubah--ketika memori yang mengikat batin mereka menghilang karena kecerobohan dalam suatu permainan petak umpet--apa yang akan terjadi pada dua insan yang sejatinya saling membutuhkan dan menyayangi, di masa depan nanti?

rate, genre: T, romance-drama-daily life

warning: AU, OOC.

disclaimer: I don't own anything, just the plot. No profit gained, just for fun. Believe me.

Special thanks to @christieverde for the prompts~ *sun jauh pake sepatu*

Chapter 00 - Hatsukoi no Oto - click here to begin.




"Mabayui asa no hizashi ni hakinaretenai kutsu de
Itsumo no michi sugara nanige nashi no..."


Lagu itu. Deretan melodi indah yang mengalun lembut mengisi benak gadis kecil berusia enam tahun itu, disenandungkannya pelan-pelan sambil bersandar di sisi jendela yang terbuka lebar menampilkan pemandangan desa yang hijau dan asri. Tiupan angin nakal memainkan helai-helai rambutnya yang dipotong sepanjang bahu, namun gadis itu tampak tidak keberatan dan meneruskan untuk menyenandungkan lagu yang masih memenuhi benaknya itu.

Kata neneknya, judul lagu itu Hatsukoi no Oto. Artinya suara cinta pertama.

Gadis kecil itu masih belum mengerti apa-apa, yang ia ketahui hanyalah benaknya terus-menerus memutar lagu itu yang bahkan baru saja didengarnya satu kali, ketika barusan neneknya memberikannya CD lagu itu untuk didengarkan karena sang nenek ingin cucunya bisa memainkan lagu itu di piano. Lagu itu terus merasuk dalam dirinya sehingga ia bisa menghafal seluruh liriknya dalam sekali dengar,

Entah apa yang menjadi stimulan bagi otaknya untuk bertindak seperti itu.

Apakah mungkin... sosok yang selalu muncul pukul tiga sore di luar jendelanya, berteriak memanggil namanya dengan bersemangat untuk mengajaknya bermain?

"Kanacchiiiiii! Ayo kita main!"

Anak laki-laki itu. Melambaikan tangannya sekuat tenaga dua meter, tepat di bawah bayangan sebuah pohon besar, dari tempat jendela rumah tempat sang gadis menopang dagunya untuk menikmati pemandangan yang selalu tak bosan ia lihat. Anak laki-laki yang energinya seolah tak habis-habis--kecuali ketika ia terbaring sakit di tempat tidurnya pada musim semi, tersiksa akibat alergi serbuk bunga--berdiri dengan senyum terkembang, mengajaknya bermain.

Hanazawa Kana sang kuncup bunga pun akhirnya membalas senyumnya, sambil meneriakkan jawaban atas ajakan sang sahabat.

"Ya! Tunggu sebentar, ya!"



"Futari wa kaze no mama ni yurameite hohoemi ukabeta
Toki wo kizamu you ni kakitsuraneteta..."


"Kanacchi, dari tadi kudengar kau menyanyi terus," anak lelaki di hadapannya membalikkan badan, berjalan mundur di jalan setapak menuju bukit agar bisa melihat wajah teman sepermainannya yang manis itu. "Lagu apa itu? Kau suka, ya?"

"Hm-mm!" Kana mengangguk, gestur sederhana untuk jawaban ya atas pertanyaan itu. "Aku dapat CD-nya dari Nenek. Kalau Nobu-kun mau dengar, besok datang saja ke rumahku."

"Boleh? Benarkah?" mata bening anak lelaki berlabel Okamoto Nobuhiko itu membesar bersamaan dengan senyumnya yang melebar. "Besok aku akan datang! Tampaknya lagunya bagus, soalnya Kanacchi suka lagunya. Selera musik Kanacchi kan bagus~ tampaknya aku tidak akan menyesal."

"Kurasa memang cukup bagus untuk kusenandungkan sampai sekarang," jawab Kana. "Nenekku bilang, ini lagu tentang cinta pertama."

"Eh? Cinta pertama?" Nobuhiko berhenti sejenak, membuat Kana juga turut mengerem langkahnya. "Waaaah~ Kalau Kanacchi suka lagu itu, berarti Kanacchi sedang mengalaminya dong? Nee, nee, katakan padaku. Kanacchi, siapa orang itu? Hm, hm?"

'E-eeeh?" Kana terkejut, dalam hitungan detik likuid merah di dalam pembuluh darahnya berkumpul di daerah pipi, membuat saputan rona merah di pipi putihnya. "Me-memangnya siapa yang bilang begitu?"

"Aku yang bilang, barusan."

"Nobu-kuuuuun!"

Anak lelaki itu memutar tubuhnya, lalu berlari secepat kilat menuju puncak bukit sambil berteriak, "Kejar aku kalau bisaaaaa~"

"Nobuhikoooooo!"

Kana memacu dua kaki mungilnya untuk berlari, mengejar Nobuhiko yang kini sudah jauh meninggalkannya. Pipinya terasa panas mengingat kata-kata Nobuhiko tadi, namun ia berusaha menepis jauh-jauh pikiran yang berkelebat, mengatakan bahwa mungkin hal itu ada benarnya.

Tapi memang kadang tubuhmu lebih jujur daripada pikiranmu.

***


"Kisetsu wa nando demo utsuroi wo kurikaesu keredo
Kimi to aruku komichi wo tsutsumikomu
Awai hidamari wa itsumademo kawarazu ni"


"...aku kembali..."

Kembali Hanazawa Kana menjejakkan kaki di desa ini, desa kecil yang aman dan tentram, setelah genap tujuh belas tahun ia tinggalkan. Desa mungil di kaki bukit tempatnya tumbuh besar, jauh dari penatnya kota besar dengan udara bersih dan pemandangan yang masih hijau.

Sejauh ini, desa ini masih sama seperti tujuh belas tahun yang lalu. Rumah neneknya yang bercat putih hanya kehilangan penghuninya, sisanya tak banyak berubah. Piano di sudut ruangan berseberangan dengan jendela, sehingga suara piano dapat terdengar keluar. Kana menekan satu persatu tutsnya, dan tampaknya piano itu tidak usah distem lagi karena nadanya terdengar benar. Perlahan gadis yang mempertahankan panjang rambutnya sampai sepanjang bahu itu bergerak pelan menuju jendela.

Tempat dimana ia bisa memanggil sosok yang tengah membelakanginya, duduk di bawah pohon besar untuk melukis pemandangan--

"Lama tidak berjumpa, Okamoto-san...."

***

a/n: don't kill me because of the plotholes. *lari lari lari*

Your Reply