Persona #2 ; Distorsi


.

Hei, kamu. Iya, aku bicara padamu. Kemarilah. Kemari, ke sini, ke pangkuanku. Hari ini aku akan mengajakmu bicara banyak-banyak--atau sepertinya aku akan membuatmu bicara banyak-banyak. Tidak-apa-apa. Sebetulnya aku hanya akan mengajukan satu pertanyaan padamu. Iya, hanya satu.

Sebetulnya kamu, siapa?

Pertanyaan sederhana, bukan? Ah--maafkan aku, tapi aku tidak mau kau menyebut namamu, suatu hal yang pastinya aku sudah mengetahuinya. Yang aku inginkan sebagai jawabanmu adalah kejujuranmu--wajah di balik satu lapis topengmu yang selama ini kau sembunyikan. Wajah aslimu, wajah yang menggambarkan seperti apa dirimu yang sebenarnya.

Aku hanya ingin tahu, siapa kau sebenarnya?

Hei...





...atau sebaiknya, aku tidak usah tahu?

Apakah aku telah jatuh menjadi korban dalam distorsi makna topengmu itu, hm? Mengapa aku lebih tertarik terhadap hal yang kau sembunyikan rapat-rapat dalam dirimu, bukannya yang kau perlihatkan?

Padahal aku bisa saja membencimu kalau aku tahu sisi lainmu itu--satu hal yang paling tak kuinginkan.

Berarti, semua ungkapan "be yourself" itu tidak berlaku untukmu, dong? Kalau aku boleh menduga-duga, sisi dirimu yang kausembunyikan adalah sisi dirimu yang membuatmu takut. Takut akan penolakan dari lingkunganmu terhadap sisi dirimu yang itu. Takut akan kebencian semua orang yang melihatmu dengan wajah itu. Jadi kau mencoba menutupinya dengan topengmu, sampai topengmu itu larut dalam darahmu dan mengakar dalam dagingmu, menjadikan topeng itu bagian dari dirimu, sampai tak jelas batas antara dirimu yang sebetulnya dengan topengmu--itu berarti kau menjadi dirimu sendiri, kan?

Aku tak tahu itu termasuk kebohongan atau tidak. Mungkin iya. Mungkin tidak. Bisa saja kau bilang tidak karena kau merasa nyaman dalam kebohongan dan bisa saja kau bilang iya karena kau merasa tersiksa.

Kalau sudah begitu, apa yang akan kauperbuat?




..hei, jangan protes begitu. Aku kan sudah bilang kalau aku akan membuatmu bicara banyak.


Your Reply